“Ting..tong…ting..tong” suara bel yang ada di depan rumah seakan-akan
membuyarkan konsentrasiku yang saat itu sedang asyik memasak bersama ibu di
dapur.
Segera kumatikan kompor, lalu bergegas menuju ke depan rumah. Dari arah
depan terdengar teriakan dari suara yang tak asing kudengar.
“Pos…pos…”bunyi suara itu. Oh,
ternyata ada Pak Pos yang mengantarkan sesuatu. Segera aku buka pagar di depan
rumah.
“Ya, pak, ada surat ya?” tanyaku
kepada Pak Pos.
“Ini, mbak, ada kartu ucapan untuk
Pak Dirgo, apakah benar ini alamat rumahnya?” tanya Pak Pos.
“Benar, pak, makasih ya,” sambil
kuterima sebuah kartu.
“Sama-sama mbak.”
Sebuah kartu cantik, di setiap sisinya
terdapat hiasan bunga yang dirangkai dengan perpaduan yang pas. Kartu itu
dilatari dengan pemandangan yang begitu indah. Gunung yang menjulang tinggi
berwarna biru dikelilingi awan putih bersih. Suatu perpaduan yang pas sekali
dan di situ tertera kepada Yts. Bapak Dirgo. Ketika kubalik, ternyata kartu itu
tidak ada nama pengirimnya. Kartu itu hanya bertuliskan “Selamat Berulang
Tahun, Tuhan Memberkati.”
Wah, kartu dari siapa ini? Tanyaku
dalam hati, tidak ada nama pengirimnya, tetapi si pengirim paham betul kalau
saat ini bapak lagi berulang tahun. Sedangkan aku sendiri anaknya tidak tahu
kalau hari ini bapak sedang berulang tahun daripada aku penasaran, langsung
saja aku serahkan kartu itu kepada bapak. Dari raut muka bapak nampak terkejut
dan penasaran. Kemudian beliau langsung membacanya.
“Selamat Berulang Tahun, Tuhan
Memberkati.” Kata-kata dalam kartu itu, ditulis dengan huruf latin, tulisan
tangan yang begitu indah. Kalau dilihat-lihat itu merupakan tulisan tangan
seorang wanita yang paham benar dengan sebuah seni.
“Hayo, dari siapa ini?” godaku kepada
bapak.
“Nggak tahu, soalnya di belakang juga
tidak ada pengirimnya, bapak sendiri juga bingung. Ah, paling-paling dari
penggemar bapak yang terdahulu,” sambil meletakkan kartu itu di meja. Kemudian
bapak berlalu, meneruskan pekerjaaannya, merawat burung peliharaannya.
Peristiwa kartu ucapan tadi siang, membuatku
penasaran, siapa sih yang mengirimkan kartu ini? Kalau dari ibu, jelas tidak
mungkin, karena dari tadi ibu sibuk menyiapkan hidangan istimewa. Kalau dari
adik, jelas bukan, soalnya adikku cowok yang cueknya minta ampun dan kalau
dilihat dari tulisannya pasti dari seorang wanita. Kira-kira dari siapa ya?
Tanyaku dalam hati dan sedikit menggelitik hatiku siapa gerangan pengirim kartu
ini?. Ah, daripada penasaran terus menerus lebih baik kusimpan saja rasa ingin
tahuku ini sampai nanti malam, lebih baik aku membantu ibu menyiapkan masakan
untuk nanti malam.
Tak terasa waktu beranjak menuju malam, kami
sekeluarga sudah siap di meja makan, ternyata hari ini ibu telah menyiapkan
masakan istimewa untuk kami sekeluarga karena hari ini bapak sedang berulang
tahun, ayam panggang dengan bumbu rujak beserta sambal dan lalapannya. Ayam
tersebut diletakkan di atas piring berbentuk oval dan dikelilingi berbagai
macam lalapan, timun, tomat, kemangi, dan di sampingnya sudah ada sambal yang
ditaruh di dalam mangkok kecil yang berwarna merah menyala. Oh ya, ibu juga
telah menyiapkan es buah, potongan buah melon, blewah, dan nanas ditambah bunga
selasih .Hm..hm benar-benar masakan special. Sebelum menyantap makanan yang
telah tersedia, tak lupa kami berdoa dulu, atas rejeki yang telah diberikanNya
dan penyertaanNya kepada kami sekeluarga, khususnya kepada bapak yang hari ini
berulang tahun.
Setelah makan malam, kami lanjutkan dengan
diskusi kecil, akhirnya, daripada rasa penasaran ini menggelitik hatiku,
kuberanikan diri untuk menanyakan perihal kartu ucapan tadi.
“Pak, sebenarnya kartu ucapan tadi dari siapa
sih?”
“Oh, itu, masih penasaran to? bapak sendiri juga
tidak tahu, kan kamu baca sendiri kalau di belakang kartu tersebut tidak ada
pengirimnya.”
Ibu pun ikut menimpali, ternyata beliau juga penasaran.
“Iya lho, dari siapa sih? Buat penasaran aja,
apalagi terlihat dari bentuk tulisannya sepertinya dari seorang wanita, siapa
gerangan wanita itu?”
“Aku sendiri juga tidak tahu, kan kalau aku tahu
juga akan memberi tahu, dari tadi dibilang tidak tahu juga tidak tahu.”
“Ya, sudah kalau tidak tahu, jangan sewot gitu
dong! Hari ini kan ulang tahun bapak, masak sih marah-marah gak baik lho!” ibu
mengingatkan bapak.
Diskusi kartu yang semula adem ayem berubah
menjadi sedikit memanas. Bapak tidak bisa menahan emosinya, ibu pun tetap
sabar, aku pun masih sedikit penasaran.
Adikku yang sedari tadi asyik dengan bacaannya,
seakan-akan tidak memperdulikan perselisihan di antara kami. Namun, saat suasana
mulai panas, ia tidak dapat menahan tawa, buku bacaan yang dari tadi di
depannya langsung diletakkan karena tidak kuat menahan tawa. Ia kemudian
menyelutuk.
“Aku ngaku deh, aku, yang mengirimkan kartu
ucapan tadi, sengaja kubuat surprise, kartu itu didesain dan ditulis oleh
seorang temanku tapi teman ini cowok, bukan cewek yang kalian sangka, karena ia
paham dengan tulisan seni, makanya tulisannya bisa menyerupai tulisan cewek,
gimana surpriseku? Gak nyangka kan? Maaf, kalau aku buat surprisenya
benar-benar membuat suasana tidak menyenangkan, maaf ya…” adikku benar-benar
tidak bisa menahan tawa, sampai-sampai ia duduk sambil memegang perutnya.
Wah, hebat juga adikku ini, dibalik sosok yang
cuek, ternyata ia mempunyai hati yang peka dan peduli terhadap sekitarnya,
sebuah hadiah yang istimewa dan kejutan yang sama sekali tak terduga
sebelumnya. Padahal sebelumnya aku telah berprasangka buruk terhadap bapak,
maafkan aku pak, ucapku dalam hati. Nampaknya
bapak juga terlihat bahagia dengan
kejutan yang dibuat adikkku ini, beliau kagum juga dengan adikku, bapak bersungut-sungut
melihat polah adikku yang lucu saat menahan tawa.